Jembatan Selat Sunda : Berkaca dari Kegagalan Eurotunnel

29 07 2013

Eurotunnel adalah terowongan sepanjang 50.5 kilometer yang menghubungkan Inggris dan Perancis. Ide pembangunan Eurotunnel ini sudah ada lebih dari 200 tahun yang lalu. Ide feasible yang pertama datang dari Albert Mathieu pada tahun 1802. Stelah melalui proses yang panjang, akhirnya proyek dimulai pada tahun 1986 dan selesai pada tahun 1994 dengan total biaya konstruksi mencapai 9.5 miliar poundsterling, 2 kali lipat dari yang direncanakan,

Secara tidak sengaja saya menemukan paper dari Anguera ini yang berjudul The Channel Tunnel – an ex post economic evaluation. Menarik untuk dibaca karena ternyata nama besar eurotunnel ini tidak dibarengi dengan perfoma finansialnya.Dalam kesimpulannya, Anguera mengatakan bahwa proyek ini sangat komplex dan hampir collapse bahkan sebelum proyeknya dimulai karena masalah finansial.

Salah satu yang menjadi masalah besar bagi Eurotunnel adalah forecast traffic yang terlalu optimis. Sedangkan disaat yang bersamaan, pertumbuhan low cost airlines telah menggerus pangsa pasar dan traffic dari proyek ini. Belum lagi persaingan ketat dengan perusahaan kapal ferry (dalam pangsa pasar yang relative kecil) telah memaksa Eurotunnel ini untuk menurunkan tarif. Kombinasi antara tarif yang rendah ini dengan pangsa pasar yang kecil menyebabkan keuntungan mereka juga jauh lebih rendah daripada yang diprediksi.

Dengan berbagai alasan lain juga, biaya pembangunan Eurotunnel ini membengkak hingga 2 kali lipat. Secara keseluruhan, kombinasi dari volume traffic yang jauh dibawah perkiraan, pembengkakan biaya konstruksi, dan penurunan tarif akibat persaingan ketat dengan operator ferry sangat mempengaruhi performa finansial dari proyek ini. Bahkan bisa dibilang bahwa perekonomian Inggris akan jauh lebih baik jika saja Eurotunnel ini tidak pernah dibangun karena total biaya yang dikeluarkan jauh melebihi keuntungan yang didapat.

Kalau di Inggris-Perancis ada Eurotunnel, di Indonesia sedang digagas Jembatan Selat Sunda. Orang yang bijak selalu belajar dari pengalaman, Semoga saja para perencana Jembatan Selat Sunda ini tidak hanya mementingkan gengsi tapi juga belajar dari proyek yang sudah-sudah. Apakah memang benar manfaatnya sebesar itu? Ataukah akan jauh lebih baik jika proyek Jembatan selat sunda ini tidak pernah dibangun?

Sumber:

Anguera, R. (2006). The Channel Tunnel—an ex post economic evaluation.Transportation Research Part A: Policy and Practice40(4), 291-315.


Actions

Information

Leave a comment




me and my story

A melancholic thinker who thinks too much

Visi Maritim

Laut adalah Penghubung, bukan Pemisah

daydreamer's diary

Just another WordPress.com weblog

Substansi

Ingin jadi wartawan, nyasar jadi guru

mylongjourney's Weblog

Just another WordPress.com weblog written by young energic boy

Renovatio

"The closer you look, the less you will see"

What Happened to the Portcullis?

A view on developments affecting Global Customs & Trade

faisal basri

wear the robes of fire -- kesadaran nurani dan akal sehat

Lord Ubay's Blog

Anda yang menilai

bennythegreat.wordpress.com

the past that build the present and design the future

Blog Kemaren Siang

Wajah baru kemaren sore

Luckydc's Blog

It's Not How You Started Things, It's How You Decided To End Them

OomCakra's Blog

Just another WordPress.com weblog

Menghias Hari, Mengukir Sejarah, Menjaga Masa Depan

Ketika sadar menjadikan kita tersesat, langkah menghabiskan energi kita dan cinta membuat kita terus melangkah. Karena cinta, mengubah jalan berduri, menjadi kekuatan di hati

lequoaila

nothing personal, it's just my mind..

Sony S Wibowo

Sebuah Catatan Perjalanan

Aryansah's mind trash...

Full of complexity...

Achmad Makmur

Earn and Share

Silenceraloner's Weblog

Just another WordPress.com weblog