Eurotunnel adalah terowongan sepanjang 50.5 kilometer yang menghubungkan Inggris dan Perancis. Ide pembangunan Eurotunnel ini sudah ada lebih dari 200 tahun yang lalu. Ide feasible yang pertama datang dari Albert Mathieu pada tahun 1802. Stelah melalui proses yang panjang, akhirnya proyek dimulai pada tahun 1986 dan selesai pada tahun 1994 dengan total biaya konstruksi mencapai 9.5 miliar poundsterling, 2 kali lipat dari yang direncanakan,
Secara tidak sengaja saya menemukan paper dari Anguera ini yang berjudul The Channel Tunnel – an ex post economic evaluation. Menarik untuk dibaca karena ternyata nama besar eurotunnel ini tidak dibarengi dengan perfoma finansialnya.Dalam kesimpulannya, Anguera mengatakan bahwa proyek ini sangat komplex dan hampir collapse bahkan sebelum proyeknya dimulai karena masalah finansial.
Salah satu yang menjadi masalah besar bagi Eurotunnel adalah forecast traffic yang terlalu optimis. Sedangkan disaat yang bersamaan, pertumbuhan low cost airlines telah menggerus pangsa pasar dan traffic dari proyek ini. Belum lagi persaingan ketat dengan perusahaan kapal ferry (dalam pangsa pasar yang relative kecil) telah memaksa Eurotunnel ini untuk menurunkan tarif. Kombinasi antara tarif yang rendah ini dengan pangsa pasar yang kecil menyebabkan keuntungan mereka juga jauh lebih rendah daripada yang diprediksi.
Dengan berbagai alasan lain juga, biaya pembangunan Eurotunnel ini membengkak hingga 2 kali lipat. Secara keseluruhan, kombinasi dari volume traffic yang jauh dibawah perkiraan, pembengkakan biaya konstruksi, dan penurunan tarif akibat persaingan ketat dengan operator ferry sangat mempengaruhi performa finansial dari proyek ini. Bahkan bisa dibilang bahwa perekonomian Inggris akan jauh lebih baik jika saja Eurotunnel ini tidak pernah dibangun karena total biaya yang dikeluarkan jauh melebihi keuntungan yang didapat.
Kalau di Inggris-Perancis ada Eurotunnel, di Indonesia sedang digagas Jembatan Selat Sunda. Orang yang bijak selalu belajar dari pengalaman, Semoga saja para perencana Jembatan Selat Sunda ini tidak hanya mementingkan gengsi tapi juga belajar dari proyek yang sudah-sudah. Apakah memang benar manfaatnya sebesar itu? Ataukah akan jauh lebih baik jika proyek Jembatan selat sunda ini tidak pernah dibangun?
Sumber:
Anguera, R. (2006). The Channel Tunnel—an ex post economic evaluation.Transportation Research Part A: Policy and Practice, 40(4), 291-315.
Leave a comment